Text
Teh dan Pengkhianat
Dari penulis karya sastra pemenang Kusala Sastra Khatulistiwa 2014 kategori prosa., Semua untuk Hindia, hadir kembali tiga belas cerita pendek berlatar kolonial. Dalam Teh dan Pengkhianat kita diajak bertamasya lagi ke masa silam: ketika awal mula sepeda dipakai kaum bumiputra di Hindia Belanda, sewaktu wabah cacar mengancam sementara sarana dan prasarana transportasi masih terbatas, saat globe masih merupakan produk pencerahan budi yang mewah, tatkala rekayasa foto tidak bisa lai kecuali dilakukan dengan cara manual yang merepotkan, dan seterusnya.
Iksaka Banu menampilkan sejarah sebagai pergulatan manusia berikut susah-senang maupun kekecewaan dan harapan yang meliputi. Kebebalan ataupun nalar tiap generasi.
"Kehebatan Iksaka Banu adalah keberhasilannya 'menghidupkan' Belanda yang sudah pergi dari Nusantara sejak kita merdeka. Sebaliknya, penulis Belanda zaman sekarang gagal menampilkan pelaku utama Indonesia dalam karya-karya mereka, padahal kita sudah hampir tiga seperempat abad merdeka"--Joss Wibisono.
B00656 | 08 IKS t | Tersedia | |
B00657 | 08 IKS t | Tersedia | |
B02322 | 08 IKS t | Tersedia | |
B02323 | 08 IKS t | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain